Tenacious D: Kembali Setelah Kontroversi Jokes Trump
Tenacious D, duo komedi rock yang terdiri dari Jack Black dan Kyle Gass, kembali menjadi sorotan setelah kontroversi seputar jokes tentang mantan Presiden Donald Trump dalam film baru mereka, "Tenacious D in The Pick of Destiny".
Jokes Trump di "Pick of Destiny"
Dalam film yang dirilis tahun 2006 tersebut, Tenacious D menyindir Trump dengan jokes yang cukup kasar. Di satu adegan, mereka menirukan Trump dan menggambarkannya sebagai "pria idiot yang suka menjilati pantatnya sendiri." Jokes lainnya menyindir gaya rambut dan kekayaan Trump.
Kemarahan dari Pendukung Trump
Jokes tersebut tidak diterima dengan baik oleh para pendukung Trump. Mereka menuduh Tenacious D "tidak profesional" dan "tidak sopan" dalam mengkritik mantan presiden. Beberapa bahkan mengancam untuk memboikot musik dan film Tenacious D.
Tanggapan Tenacious D
Menanggapi kontroversi tersebut, Jack Black dan Kyle Gass mengeluarkan pernyataan resmi yang mengatakan bahwa mereka "tidak bermaksud untuk menghina siapa pun" dan bahwa jokes tersebut "hanya untuk hiburan." Mereka juga mengatakan bahwa mereka "menghargai pendapat semua orang" dan "berharap orang-orang dapat memahami humor mereka."
Kontroversi Sebagai Promosi?
Banyak yang percaya bahwa kontroversi tersebut sebenarnya merupakan bagian dari strategi promosi Tenacious D. Dengan memancing kemarahan para pendukung Trump, mereka berhasil menarik perhatian media dan meningkatkan popularitas film "Pick of Destiny."
Kontroversi Berujung Positif
Meskipun kontroversi tersebut memicu protes dari beberapa pihak, Tenacious D tetap mendapatkan dukungan dari banyak penggemarnya. Film "Pick of Destiny" berhasil meraih kesuksesan di box office dan musik mereka semakin populer.
Kesimpulan
Kontroversi seputar jokes Trump dalam film "Tenacious D in The Pick of Destiny" menunjukkan betapa sensitifnya topik politik saat ini. Tenacious D berhasil melewati kontroversi tersebut dengan baik dan bahkan mendapatkan keuntungan dari situasi tersebut. Kontroversi tersebut juga menjadi bukti bahwa musik dan komedi dapat menjadi media yang kuat untuk mengekspresikan pendapat dan mengkritik kekuasaan.
