Skandal Menghantam Qantas: CEO Kehilangan Bonus $6.1 Juta
Alan Joyce, CEO Qantas, telah kehilangan bonus $6.1 juta setelah skandal layanan pelanggan dan operasi maskapai yang mengguncang Australia. Keputusan ini diambil oleh dewan direksi Qantas pada Selasa, 29 Agustus 2023, sebagai bentuk pertanggungjawaban atas serangkaian kesalahan yang mengakibatkan ketidakpuasan pelanggan yang meluas.
Skandal yang melanda Qantas meliputi:
- Penghentian penerbangan: Ratusan penerbangan Qantas dibatalkan atau ditunda selama musim liburan, meninggalkan ribuan penumpang terdampar di bandara.
- Penanganan buruk pelanggan: Penumpang yang terdampak seringkali mengalami kesulitan untuk mendapatkan bantuan dari staf Qantas, dengan banyak keluhan tentang respon yang lambat dan informasi yang tidak lengkap.
- Pengajuan harga yang tinggi: Qantas dituduh memanfaatkan permintaan tinggi pasca-pandemi untuk menaikkan harga tiket pesawat secara signifikan.
Respon Publik:
Publik Australia menunjukkan kemarahan terhadap Qantas, dengan banyak orang mengecam penanganan masalah oleh maskapai dan CEO-nya. Komite Parlemen pun melakukan penyelidikan terhadap Qantas untuk memeriksa praktik bisnis mereka.
Langkah Dewan Direksi:
Dewan direksi Qantas, selain mencabut bonus Alan Joyce, juga mengumumkan pembentukan komite independen yang akan meninjau kembali budaya dan operasi Qantas.
Dampak atas Bisnis:
Skandal ini telah berdampak signifikan pada citra Qantas, yang telah dirusak oleh perlakuan buruk terhadap pelanggan. Meskipun Qantas telah meminta maaf atas kesalahan mereka, perusahaan masih harus bekerja keras untuk memulihkan kepercayaan publik.
Masa Depan Alan Joyce:
Meskipun kehilangan bonusnya, Alan Joyce tetap menjabat sebagai CEO Qantas. Namun, masa depannya di perusahaan tersebut masih dipertanyakan. Dewan direksi Qantas akan melakukan peninjauan kembali posisi CEO, yang hasilnya akan diumumkan pada bulan Oktober.
Kesimpulan:
Skandal Qantas menunjukkan bahwa perusahaan harus memprioritaskan kepuasan pelanggan dan transparansi, terutama di era digital yang memungkinkan berita buruk menyebar dengan cepat. Perusahaan juga harus siap untuk bertanggung jawab atas kesalahan mereka dan mengambil tindakan yang nyata untuk memperbaiki situasi.
